Template by:
Free Blog Templates

Kamis, 27 Oktober 2011

VISUAL MESSAGE


Komponen visual pesan massal telah tumbuh dengan pesat melalui teknologi. Sebuah terobosan penggantian setengah suara untuk ukiran kayu lebih dari satu abad yang lalu. Film dan televisi, yang membedakan karakteristik visual, menciptakan sebuah kesadaran baru tentang gambar. Dengan web mengalikan jumlah outlet untuk pesan secara eksponensial, gambar visual yang ditakdirkan untuk menjadi bagian lebih besar dari konten media.

Teknologi kimia di jantung fotografi adalah cara menyelam untuk digitalisasi. Kita akan melihat kamar gelap lebih sedikit di masa depan. Bahkan film, yang masih mengandalkan kimia fotografi untuk produk akhir, akan membuat shift.

Demokratisasi media teknologi memberikan hampir semua orang kemampuan untuk menghasilkan pesan
massal mereka sendiri di web. Hal ini menimbulkan masalah bagi para profesional yang menciptakan kelas citra visual. Setelah didistribusikan dalam bentuk digital, gambar mudah bagi siapa pun untuk download untuk redistribusi. Karena ketidakpekaan luas mendasari hak kekayaan intelektual yang rasional, banyak orang bahkan tidak berpikir ini sebagai pencurian. Hasilnya, tentu saja, adalah bahwa fotografer profesional berada dalam bahaya kehilangan insentif ekonomi untuk perdagangan lapis mereka dan membuat seni mereka. Itu akan meninggalkan kita semua miskin, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Bahkan dengan teknologi enkripsi dan tuntutan hukum terhadap aktivitas pembajak, baik besar dan kecil, lubang penyerapan uang ini akan sulit untuk dipasangkan.

Minggu, 11 September 2011

Defenisi, Ahli, Sejarah dan Element Retorika

Objek studi retorika setua kehidupan manusia. Kefasihan bicara mungkin pertama kali dipertunjukkan dalam upacara adat: kelahiran, kematian, lamaran, perkawinan, dan sebagainya. Pidato disampaikan oleh orang yang mempunyai status tinggi. Dalam perkembangan peradaban pidato melingkupi bidang yang lebih luas. “Sejarah manusia”, kata Lewis Copeland dalam kata pengantar bukunya tentang pidato tokoh-tokoh besar dalam sejarah, “terutama sekali adalah catatan peristiwa penting yang dramatis, yang seringkali disebabkan oleh pidato-pidato besar. Sejak Yunani dan Roma sampai zaman kita sekarang, kepandaian pidato dan kenegarawanan selalu berkaitan. Banyak jago pedang juga terkenal dengan kefasihan bicaranya yang menawan”.
Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu diperintah para tiran. Tiran, di mana pun dan pada zaman apa pun, senang menggusur tanah rakyat. Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan lagi tanah rakyat kepada pemiliknya yang sah. Di sinilah kemusykilan terjadi. Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus sanggup meyakinkan dewan juri di pengadilan. Waktu itu, tidak ada pengacara dan tidak ada sertifikat tanah. Setiap orang harus meyakinkan mahkamah dengan pembicaraan saja. Sering orang tidak berhasil memperoleh kembali tanahnya, hanya karena ia tidak pandai bicara.
Untuk membantu orang memenangkan haknya di pengadilan, Corax menulis makalah retorika, yang diberi nama Techne Logon (Seni Kata-kata). Walaupun makalah ini sudah tidak ada, dari para penulis sezaman, kita mengetahui bahwa dalam makalah itu ia berbicara tentang “teknik kemungkinan”. Bila kita tidak dapat memastikan sesuatu, mulailah dari kemungkinan umum. Seorang kaya mencuri dan dituntut di pengadilan untuk pertama kalinya. Dengan teknik kemungkinan, kita bertanya, “Mungkinkah seorang yang berkecukupan mengorbankan kehormatannya dengan mencuri? Bukankah, sepanjang hidupnya, ia tidak pernah diajukan ke pengadilan karena mencuri”. Sekarang, seorang miskin mencuri dan diajukan ke pengadilan untuk kedua kalinya. Kita bertanya, “la pernah mencuri dan pernah dihukum. Mana mungkin ia berani melakukan lagi pekerjaan yang sama”. Akhirnya, retorika memang mirip “ilmu silat lidah”.
Di samping teknik kemungkinan, Corax meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpuln. Dari sini, para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato. Walaupun demokrasi gaya Syracuse tidak bertahan lama, ajaran Corax tetap berpengaruh. Konon, Gelon, penguasa yang menggulingkan demokrasi dan menegakkan kembali tirani, menderita halitosis (bau mulut). Karena ia tiran yang kejam, tak seorang pun berani mem¬beritahukan hal itu kepadanya. Sampai di negeri yang asing, seorang perempuan asing berani menyebutkannya. Ia terkejut. Ia memarahi istrinya, yang bertahun-tahun begitu dekat dengannya, tetapi tidak memberitahukannya. Istrinya menjawab bahwa karena ia tidak pernah dekat dengan laki-laki lain, ia mengira semua laki-laki sama. Gelon tidak jadi menghukum istrinya. Tampaknya, sang istri sudah belajar retorika dari Corax.
Masih di Pulau Sicilia, tetapi di Agrigenturn, hidup Empedocles (490-430 SM), filosof, mistikus, politisi, dan sekaligus orator. Ia cerdas dan menguasai banyak pengetahuan. Sebagai filosof, ia pernah berguru kepada Pythagoras dan menulis The Nature of Things. Sebagai mistikus, ia percaya bahwa setiap orang bisa bersatu dengan Tuhan bila ia menjauhi perbuatan yang tercela. Sebagai politisi, ia memimpin pemberontakan untuk menggulingkan aristokrasi dan kekuasaan diktator. Sebagai orator, menurut Aristoteles, “ia mengajarkan prinsip-prinsip retorika, yang kelak dijual Gorgias kepada penduduk Athena”.
Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena. Negeri itu sedang tumbuh sebagai negara yang kaya. Kelas pedagang kosmopolitan selain memiliki waktu luang lebih banyak, juga terbuka pada gagasan-gagasan baru. Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis serta berbicara yang jelas dan persuasif. Gorgias memenuhi kebutuhan “pasar” ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromtu (kita bahas pada Bab II). Ia meminta bayaran yang mahal; sekitar sepuluh ribu drachma ($ 10.000) untuk seorang murid saja. Bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota yang lain. Mereka adalah “dosen-dosen terbang”.
Protagoras menyebut kelompoknya sophistai, “guru kebijaksanaan” Sejarahwan menyebut mereka kelompok Sophis. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan mempopulerkannya. Retorika, bagi mereka bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika. Mereka tahu bahwa rasio tidak cukup untuk meyakinkan orang. Mereka mengajarkan teknik-teknik memanipulasi emosi dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar. Berkat kaum Sophis, abad keempat sebelum Masehi adalah abad retorika. Jago-jago pidato muncul di pesta Olimpiade, di gedung perwakilan dan pengadilan. Bila mereka bertanding, orang-orang Athena berdatangan dari tempat-tempat jauh; dan menikmati “adu pidato” seperti menikmati pertandingan tinju. Kita hanya akan menyebutkan dua tokoh saja sebagai contoh: Demosthenes dan Isocrates.
Berbeda dengan Gorgias, Demosthenes mengembangkan gaya bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi jelas dan keras. Dengan cerdik, ia menggabungkan narasi dan argumentasi. Ia juga amat memperhatikan cara penyampaian (delivery). Menurut Will Durant, “ia meletakkan rahasia pidato pada akting (hypocrisis). Berdasarkan keyakinan ini, ia berlatih pidato dengan sabar. Ia mengulang-ulangnya di depan cermin. Ia membuat gua, dan berbulan-bulan tinggal di sana, berlatih dengan diam-diam. Pada masa-masa ini, ia mencukur rambutnya sebelah, supaya ia tidak berani keluar dari persembunyiannya. Di mimbar, ia melengkungkan tubuhnya, bergerak berputar, meletakkan tangan di atas dahinya seperti berpikir, dan seringkali mengeraskan suaranya seperti menjerit.
Demosthenes pernah diusulkan untuk diberi mahkota atas jasa-jasanya kepada negara dan atas kenegarawanannya. Aeschines, orator lainnya, menentang pemberian mahkota dan memandangnya tidak konstitusional. Di depan Mahkamah yang terdiri dari ratusan anggota juri, ia melancarkan kecamannya kepada Demosthenes. Pada gilirannya, Demosthenes menyerang Aeschines dalam pidatonya yang terkenal Perihal Mahkota. Dewan juri memihak Demosthenes dan menuntut Aeschines untuk membayar denda. Aeschines lari ke Rhodes dan hidup dari kursus retorika yang tidak begitu laku. Konon, Demosthenes mengirimkan uang kepadanya untuk membebaskannya dari kemiskinan. Persaudaraan karena profesi!
Duel antara dua orator itu telah dikaji sepanjang sejarah. Inilah buah pendidikan yang dirintis oleh kaum Sophis. Tetapi ini juga yang membentuk citra negatif tentang kaum Sophis. Seorang tokoh yang berusaha mengembangkan retorika dengan menyingkirkan Sophisme negatif adalah Isocrates. Isocrates percaya bahwa retorika dapat meningkatkan kualitas masyarakat; bahwa retorika tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Tetapi ia menganggap tidak semua orang boleh diberi pelajaran ini. Retorika menjadi sebuah pelajaran elit, hanya untuk mereka yang berbakat.
Ia mendirikan sekolah retorika yang paling berhasil tahun 391 SM. Ia mendidik muridnya menggunakan kata-kata dalam susunan yang jernih tetapi tidak berlebih-lebihan, dalam rentetan anak kalimat yang seimbang dengan pergeseran suara dan gagasan yang lancar. Karena ia tidak mempunyai suara yang baik dan keberanian untuk tampil, ia hanya menuliskan pidatonya. Ia menulis risalah-risalah pendek dan menyebarkannya. Sampai sekarang risalah-risalah ini dianggap warisan prosa Yunani yang menakjubkan. Gaya bahasa Isocrates telah mengilhami tokoh-tokoh retorika sepanjang zaman: Cicero, Milton, Massillon, Jeremy Taylor, dan Edmund Burke.
Salah satu risalah yang ditulisnya mengkritik kaum Sophis. Risalah ini ikut membantu berkembangnya kebencian kepada kaum Sophis. Di samping itu, kaum Sophis kebanyakan para pendatang asing di Athena. Orang selalu mencurigai yang dibawa orang asing. Apalagi mereka mengaku mengajarkan kebijaksanaan dengan menuntut bayaran. Yang tidak sanggup membayar tentu saja melepaskan kekecewaannya dengan mengecam mereka.
Socrates, misalnya, hanya sanggup membayar satu drachma untuk kursus yang diberikan Prodicus. Karena itu, ia hanya memperoleh dasar-dasar bahasa yang sangat rendah saja. Socrates mengkritik kaum Sophis sebagai para prostitut. Orang yang menjual kecantikan untuk memperoleh uang, kata Socrates, adalah prostitut. Begitu juga, orang yang menjual kebijaksanaan. Murid Socrates yang menerima pendapat gurunya tentang Sophisme adalah Plato.
Plato menjadikan Gorgias dan Socrates sebagai contoh retorika yang palsu dan retorika yang benar, atau retorika yang berdasarkan pada Sophisme dan retorika yang berdasarkan pada filsafat. Sophisme mengajarkan kebenaran yang relatif. Filsafat membawa orang kepada pengetahuan yang sejati. Ketika merumuskan retorika yang benar – yang membawa orang kepada hakikat – Plato membahas organisasi, gaya, dan penyampaian pesan. Dalam karyanya, Dialog, Plato menganjurkan para pembicara untuk mengenal “jiwa” pendengarnya. Dengan demikian, Plato meletakkan dasar-dasar retorika ilmiah dan psikologi khalayak. Ia telah mengubah retorika sebagai sekumpulan teknik (Sophisme) menjadi sebuah wacana ilmiah.
Aristoteles, murid Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian retorika ilmiah. Ia menulis tiga jilid buku yang berjudul De Arte Rhetorica. Dari Aristoteles dan ahli retorika klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Inventio (penemuan). Pada tahap ini, pembicara menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang paling tepat. Bagi Aristoteles, retorika tidak lain daripada “kemampuan untuk menentukan, dalam kejadian tertentu dan situasi tertentu, metode persuasi yang ada”. Dalam tahap ini juga, pembicara merumuskan tujuan dan mengumpulkan bahan (argumen) yang sesuai dengan kebutuhan khalayak.
Aristoteles menyebut tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, Anda harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa Anda memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua, Anda harus Menyentuh hati khalayak perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka (pathos). Kelak, para ahli retorika modern menyebutnya imbauan emotional (emotional appeals). Ketiga, Anda Meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Di sini Anda mendekati khalayak lewat otaknya (logos).
Di samping ethos, pathos, dan logos, Aristoteles menyebutkan dua cara lagi yang efektif untuk mempengaruhi pendengar: entimem dan contoh. Entimem (Bahasa Yunani: “en” di dalam dan “thymos” pikiran) adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan. Disebut tidak lengkap, karena sebagian premis dihilangkan.
Sebagaimana Anda ketahui, silogisme terdiri atas tiga premis: mayor, minor, dan kesimpulan. Semua manusia mempunyai perasaan iba kepada orang yang menderita (mayor). Anda manusia (minor). Tentu Anda pun mempunyai perasaan yang sama (kesimpulan). Ketika saya ingin mempengaruhi Anda untuk mengasihi orang-orang yang menderita, saya berkata, “Kasihanilah mereka. Sebagai manusia, Anda pasti mempunyai perasaan iba kepada orang yang menderita “. Ucapan yang ditulis miring menunjukkan silogisme, yang premis mayornya dihilangkan.
Di samping entimem, contoh adalah cara lainnya. Dengan mengemukakan beberapa contoh, secara induktif Anda membuat kesimpulan umum. Sembilan dari sepuluh bintang film menggunakan sabun Lnx. Jadi, sabun Lux adalah sabun para bintang fihn.
Dispositio (penyusunan). Pada tahap ini, pembicara menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Aristoteles menyebutnya taxis, yang berarti pembagian. Pesan harus dibagi ke dalam beberapa bagian yang berkaitan secara logis. Susunan berikut ini mengikuti kebiasaan berpikir manusia: pengantar, pernyataan, argumen, dan epilog. Menurut Aristoteles, pengantar berfungsi menarik perhatian, menumbuhkan kredibilitas (ethos), dan menjelaskan tujuan.
Elocutio (gaya). Pada tahap ini, pembicara memilih kata-kata dan menggunakan bahasa yang tepat untuk “mengemas” pesannya. Aristoteles memberikan nasihat ini: gunakan bahasa yang tepat, benar, dan dapat diterima; pilih kata-kata yang jelas dan langsung; sampaikan kalimat yang indah, mulia, dan hidup; dan sesuaikan bahasa dengan pesan, khalayak, dan pembicara.
Memoria (memori). Pada tahap ini, pembicara harus mengingat apa yang ingin disampaikannya, dengan mengatur bahan-bahan pembicaraannya. Aristoteles menyarankan “jembatan keledai” untuk memudahkan ingatan. Di antara semua peninggalan retorika klasik, memori adalah yang paling kurang mendapat perhatian para ahli retorika modern.
Pronuntiatio (penyampaian). Pada tahap ini, pembicara menyampai¬kan pesannya secara lisan. Di sini, akting sangat berperan. Demos¬thenes menyebutnya hypocrisis (boleh jadi dari sini muncul kata hipo¬krit). Pembicara harus memperhatikan olah suara (vocis) dan gerakan-gerakan,anggota badan (gestus moderatio cum venustate).
Retorika adalah kecakapan berpidato di depan umum (study retorika di Sirikkusa ibu kota Sislia Yunani abab ke 5 SM). Retorika (dari bahasa Yunani ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher) adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen (logo), awalnya Aristoteles mencetuskan dalam sebuah dialog sebelum The Rhetoric dengan judul ‘Grullos’ atau Plato menulis dalam Gorgias, secara umum ialah seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional dengan menggunakan lambang untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, keprcayaan dan pengharapan mereka. Ini yang dikatakan Kenneth Burke (1969) sebagai konsubstansialitas dengan penggunaan media oral atau tertulis, bagaimanapun, definisi dari retorika telah berkembang jauh sejak retorika naik sebagai bahan studi di universitas. Dengan ini, ada perbedaan antara retorika klasik (dengan definisi yang sudah disebutkan diatas) dan praktek kontemporer dari retorika yang termasuk analisa atas teks tertulis dan visual.
Retorika adalah memberikan suatu kasus lewat bertutur (menurut kaum sofis yang terdiri dari Gorgias, Lysias, Phidias, Protagoras dan Socrates akhir abad ke 5 SM). Retorika adalah ilmu yang mengajarkan orang tentang keterampilan, tentang menemukan sarana persuasif yang objectif dari suatu kasus (Aristoteles) Study yang mempelajari kesalahpahaman serta penemuan saran dan pengobatannya (Richard awal abad ke 20-an) Retorika adalah yang mengajarkan tindak dan usaha yang efektif dalam persiapan, penetaan dan penampilan tutur untuk membina saling pengertian dan kerjasama serta kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
Tujuan retorika adalah persuasi, yang di maksudkan dalam persuasi dalam hubungan ini adalah yakinnya penanggap penutur (pendengar) akan kebenaran gagasan topic tutur (hal yang di bicarakan) si penutur (pembicara). Artinya bahwa tujuan retorika adalah membina saling pengertian yang mengembangkan kerjasama dalam menumbuhkan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan bertutur.
Beberapa dimensi ideologi retorika
1. Dimensi filosofis kemanusiaan, dari dimensi ini, kita mengedepankan pemahaman dari sudut identitas (ciri pembeda) antara eksistensi. Identitas pembedanya:
•antara makhluk manusia dengan selain manusia
•antara manusia yang berbudaya
•antara yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, pandangan hidup
2. Dimensi teknis, berbicara adalah sebuah teknik penggunaan symbol dalam proses interaksi informasi.
3. Dimensi proses penampakan diri atau aktualisasi diri. Berbicara itu adalah salah satu keperluan yang tidak bisa ditinggalkan
4. Dimensi teologis, menyampaikan ajaran agama sesuatu yang wajib (dakwah)
Bicara juga ada seninya. Pernahkah anda mengamati seorang penjual obat di pasar, ketika sedang menawarkan dagangannya? Atau, pernahkah anda ikut demonstrasi di kampus anda? Kalau pernah coba amati gaya bicara sang korlap!
Retorika bukan cuma menekankan pada output verbal seseorang ketika berbicara, namun juga output non verbalnya. Percaya atau tidak, gerakan bola mata kita atau arah pandangan mata kita, bahkan benda apa yang kita pegang saat berbicara, berpengaruh pada dipercaya tidaknya ucapan kita oleh orang lain. Seni berbicara memang erat kaitannya dengan seni mempengaruhi orang lain. Salah satu kuncinya adalah kenali audiens anda. Dengan mengenali siapa yang anda ajak bicara, anda bisa memprediksi apa dan bagaimana anda harus bicara, agar ucapan anda bisa dipercaya.
Tokoh-tokoh dalam retorika
Georgias terkenal dalam retorika sebagai tokoh yang memperkenalkan pentingnya bunyi bahasa sebagai unsur yang dapat memperkuat tuturan dalam mempersuasi.
Isokrates terkenal dalam retorika karena ia berpendapat bahwa retorika adalah suatu kemampuan seni, suatu proses kreatif (creative process), dan bukan suatu ilmu yang kaidah-kaidahnya ketat. Menurut pandangannya, retorika dapat dipelajari sehingga seseorang dapat menjadi orator. Sehubungan dengan hal itu, Isokrates  mengemukakan  bahwa ada tiga unsur yang menentukan keberhasilan seseorang dalam belajar retorika, yaitu  bakat, pengalaman atau praktik, dan pendidikan.
Plato adalah seorang bapak filsafat barat yang sangat terkenal. Keterkenalannya itu disebabkan oleh kemampuan menerangkan dan menuangkan pikiran-pikirannya dalam berbagai hal, antara lain cinta, kebijaksanaan, psikologi, logika, hakikat realitas, dan retorika. Sebagai seorang filsuf, ia dikenal sebagai “pembawa kebijaksanaan” dan sebagai guru yang berkeliling berjalan kaki dari suatu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan kebenaran dan termasuk retorika. Karena itu, ia banyak berjasa dalam penyebarluasan retorika. Kritikan Plato terhadap retorika termuat dalam buku dialognya yang berjudul Georgias.
Aristoteles sangat besar pengaruhnya sebagai tokoh retorika klasik. Pandangan Aristoteles dalam bidang retorika sangat mendasari. Hakikat retorika menurutnya adalah kemampuan untuk melihat perangkat persuasi yang terdapat dalam situasi tertentu. Ditambahkannya pula bahwa retorika merupakan pasangan (counterpart) dialektika. Retorika dan dialektika merupakan cara menjelaskan suatu masalah. Retorika berkenaan dengan persuasi dan dialektika berhubungan dengan penalaran. Keduanya akrab dengan aktivitas kehidupan manusia dalam bermasyarakat.
Cicero termasuk pula tokoh retorika klasik. Beberapa ajarannya yang merupakan konsep dasar retorika sebagai berikut:
@ Hanya manusia yang mempunyai bahasa. Karena itu, seseorang dapat  berbeda dengan orang lain karena ia mempunyai kemampuan berbahasa yang lebih baik.
@ Kemampuan berbicara berfungsi untuk mempersuasi pendengar
@ Retorika terdiri atas beberapa bagian;
  1. Penemuan (invebtion), yakni penemuan argument yang benar dan memungkinkan untuk diterima;
  2. Penyusunan (arrangement), yakni distribusi argumen-argumen yang ditemukan dalam suasana tepat;
  3. Gaya bahasa (style) yakni ketepatan pemakaian gaya bahasa sesuai dengan materi yang ditemukan;
  4. Ingatan (memory) yakni kemampuan mengingat materi dan bahasa; dan
  5. Penyajian (delivery), yakni penguasaan unsur bahasa dan gerak anggota badan agar sesuai dengan materi dan ragam bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
@ Ortation atau pidato terdiri atas enam bagian, yaitu;
  1. Pendahuluan untuk memperoleh perhatian (exordium);
  2. Penyajian uraian tentang masalah yang diketengahkan (naratio),
  3. Penyebutan bagian-bagian dari uraian yang disajikan dalam bentuk bab dan sub-sub (partio atau division);
  4. Argumentasi yang menunjang uraian (conformation);
  5. Argument untuk menangkis ucapan lawan bicara (refutation); dan
  6. Kesimpulan uraian disajikan (perotatio).
Quintilian terkenal dalam bidang retorika, karena ia memiliki konsep yang menyangkut teori dan aspek pendidikan sekolah. konsep retorika yang dianutnya bertujuan mendidik ahli pidato yang sempurna. Beberapa konsep dasar teori retorika yang  dianut Quintilian, sebagai berikut;
  1. Retorika adalah ilmu berbicara yang baik, ahli retorika, lebih khusus ahli berpidato adalah orang yang baik.
  2. Retorika adalah seni kemampuan berbicara, yang mempunyai cara tersendiri untuk mencapai penguasaan kemampuan  berbicara yang baik.
  3. Retorika dapat dilihat dari aspek seni (seni berbicara) yang baik, seniman (orang yang ahli berpidato yang bertugas menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang baik, dan karyanya (pembicaraan/penuturan lisan dan tulis).
  4. Seorang orator adalah perpaduan dari bakat dan pendidikan. Bakat sebagai modal untuk diolah dalam pendidikan
  5. Seni terdiri atas teori, praktik, dan produksi. Retorika termasuk kategori seni praktik, berkaitan dengan aktivitas dan melalui aktivitas itu dilaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.
  6. Kemampuan berbicara bukanlah hasil dari kegiatan yang bersifat spontan, melainkan dari hasil penelitian, analisis, praktik dan aplikasi
  7. Kaidah-kaidah dalam retorika tidak beku. Melainkan kaidah-kaidah yang luwes. Pemakaian kaidah retorika disesuaiakan dengan masalah yang disampaikan, waktu dan tempat serta kepentingan hal yang disampaikan.
  8. Semua aspek bahasa perlu dipelajari
  9. Seni kemampuan menulis harus dikombinasikan dengan seni kemampuan berbicara.
Element-element dalam retorika


    Rabu, 18 Mei 2011

    BIOGRAFI ROSIHAN ANWAR

    Anak keempat dari sepuluh bersaudara putra Anwar Maharaja Sutan, seorang demang di Padang, Sumatera Barat ini menyelesaikan sekolah rakyat (HIS) dan SMP (MULO) di Padang. Ia pun melanjutkan pendidikannya ke AMS di Yogyakarta. Dari sana Rosihan mengikuti berbagai workshop di dalam dan di luar negeri, termasuk di Yale University dan School of Journalism di Columbia University, New York, Amerika Serikat.

    Rosihan telah hidup dalam 'multi-zaman'. Di masa perjuangan, dirinya pernah disekap oleh penjajah Belanda di Bukitduri, Jakarta Selatan. Kemudian di masa Presiden Soekarno koran miliknya, Pedoman pada 1961 ditutup oleh rezim saat itu. Namun di masa peralihan pemerintah Orde Baru, Rosihan mendapat anugerah sebagai wartawan sejak sebelum Revolusi Indonesia dengan mendapatkan anugerah Bintang Mahaputra III, bersama tokoh pers Jakob Oetama.

    Sayangnya rezim Orde Baru ini pun menutup Pedoman pada tahun 1974-kurang dari setahun setelah Presiden Soeharto mengalungkan bintang itu di leher para penerimanya.
    Rosihan memulai karier jurnalistiknya sebagai reporter Asia Raya di masa pendudukan Jepang tahun 1943 hingga menjadi pemimpin redaksi Siasat (1947-1957) dan Pedoman (1948-1961). Selama enam tahun, sejak 1968, ia menjabat Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Bersama Usmar Ismail, pada 1950 ia mendirikan Perusahaan Film Nasional (Perfini). Dalam film pertamanya, Darah dan Doa, ia sekaligus menjadi figuran. Dilanjutkan sebagai produser film Terimalah Laguku. Sejak akhir 1981, aktivitasnya di film adalah mempromosikan film Indonesia di luar negeri dan tetap menjadi kritikus film sampai sekarang.
    Pada tahun 2007, Rosihan Anwar dan Herawati Diah, yang ikut mendirikan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Surakarta pada 1946 mendapat penghargaan 'Life Time Achievement' atau 'Prestasi Sepanjang Hayat' dari PWI Pusat. Rosihan menikah dengan Siti Zuraida Binti Moh. Sanawi pada tahun 1947 dan dikaruniai tiga anak.

    1. Pendidikan
    • HIS, Padang (1935)
    • MULO, Padang (1939)
    • AMS-A II, Yogyakarta (1942)
    • Drama Workshop, Universitas Yale, AS (1950)
    • School of Journalism, Columbia University New York, AS (1954)

    2. Karier
    • Reporter Asia Raya, (1943-1945)
    • Redaktur harian Merdeka, (1945-1946)
    • Pendiri/Pemred majalah Siasat (1947-1957)
    • Pendiri/Pemred harian Pedoman, (1948-1961)
    • Pendiri Perfini (1950)
    • Kolumnis Business News, (1963 -- sekarang)
    • Kolumnis Kompas, KAMI, AB (1966-1968)
    • Koresponden harian The Age, Melbourne, harian Hindustan Times New Delhi, Kantor Berita World Forum Features, London, mingguan Asian, Hong Kong (1967-1971)
    • Pemred harian Pedoman, (1968-1974)
    • Koresponden The Straits, Singapura dan New Straits Times, Kuala Lumpur (1976-1985)
    • Wartawan Freelance (1974 -- sekarang)
    • Kolumnis Asiaweek, Hong Kong (1976 -- sekarang)
    • Ketua Umum PWI Pusat (1970-1973)
    • Ketua Pembina PWI Pusat (1973-1978)
    • Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat (1983 -- sekarang)

    3. Kegiatan Lain
    • Wakil Ketua Dewan Film Nasional (1978 -- sekarang)
    • Anggota Dewan Pimpinan Harian YTKI (1976 -- sekarang)
    • Committee Member AMIC, Singapore (1973 -- sekarang)
    • Dosen tidak tetap Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1983 -- sekarang)

    4. Karya
    • Ke Barat dari Rumah, 1952
    • India dari Dekat, 1954
    • Dapat Panggilan Nabi Ibrahim, 1959
    • Islam dan Anda, 1962
    • Raja Kecil (novel), 1967
    • Ihwal Jurnalistik, 1974
    • Kisah-kisah zaman Revolusi, 1975
    • Profil Wartawan Indonesia, 1977
    • Kisah-kisah Jakarta setelah Proklamasi, 1977
    • Jakarta menjelang Clash ke-I, 1978
    • Menulis Dalam Air, autobiografi, SH, 1983
    • Musim Berganti, Grafitipers, 1985

    5. Penghargaan
    • Bintang Mahaputra III (1974)
    • Anugerah Kesetiaan Berkarya sebagai Wartawan (2005)

    Rabu, 16 Maret 2011

    Yang saya ketahui tentang "word smart dan multyply intelligence"

    WORD SMART

    Definisi:
    Kecerdasan linguistik atau kecerdasan bahasa. Orang yang memiliki kecerdasan ini pandai mengolah kata-kata. Sebagian di antara mereka pandai berkata-kata (misalnya: presenter, rohaniwan, pendongeng, mc, dsb). Sebagian lagi pandai menulis (misalnya: novelis, penulis buku, dsb). Tetapi cukup banyak juga yang menguasai keduanya.

    Ciri-ciri:
    Suka membaca, gemar menulis (puisi, cerpen, novel, diary, dsb), suka bermain scrable atau mengisi TTS, pandai bercerita, suka memelesetkan atau memarodikan kata-kata, lebih suka mendengar secara lisan (auditory), mudah mengingat kata-kata aneh, suka menghibur orang lain atau diri sendiri dengan serangkaian kata/kalimat, suka berintonasi dalam berkata-kata, punya banyak perbendaharaan kata, mudah menemukan kejanggalan bahasa dalam tulisan atau kata-kata orang lain, suka menghabiskan waktu di toko buku.

    Pengembangan:
    Cara utama untuk mengembangkan kecerdasan ini adalah dengan membaca berbagai buku, majalah, dan litaratur lainnya. Ada baiknya membiasakan diri menulis sesuatu (pengalaman hidup sehari-hari, atau apa pun yang didapat ketika membaca sesuatu, menonton film, atau bersaat teduh).

    Kecerdasan lain yang mendukung:
    Akan lebih baik jika ditunjang dengan pengembangan self smart, logic smart, dan people smart. Ketiga kecerdasan itu akan lebih meningkatkan kemampuan anda dalam mengolah kata, serta memperluas wawasan anda.

    MULTIPLY INTELLIGENCE


    multiple intelligence dikembangkan pertama kali oleh howard gardner (1993) yang melawan teori klasik tentang IQ dimana perkembangan selama 100 tahun teori klasik cenderung tidak berubah. Perlu kita ingat mengacu pada Alfred Binet (1912) merancang suatu alat yang mengukur resiko kegagalan anak di sekolah. Dasar dari teori Binet ini dipegang sampai saat ini sebagai dasar dari pendekatan psikometri mengenai pengukuran kemampuan atau intelegensi. Semenjak itu muncul berbagai alat prediktif tentang kemampuan berupa ingatan, vebal, numerik dan urutan logika.  Thurstone (1938) menyatakan intelegensi adalah kombinasi dari berbagai dimensi yang terdiri dari tujuh faktor yaitu verbal comprehension, word fluency, digit number, spatial visualization, associative memory, perceptual speed dan inductive reasoning.
    Pada beberapa dekade terakhir teori tentang intelegensi semakin kompleks seiring dengan berkembangnya ilmu lain seperti psycho neuro-science, antropologi, sosial budaya dll. Teori yang cukup komprehensif pada tahun 1980-an mengenai intelegensi dikemukakan oleh Robbie Case dengan aliran neo-piaget yang menyatakan intelegensi adalah tema yang lebih luas dibandingkan hanya aspek-aspek yang terkandung pada teori klasik dengan skor yang ada namun terkait dengan faktor sosial, budaya dan penerapan di dunia nyata. Gardner dengan penelitiannya menantang teori klasik pada tema utama yang dipertanyakan, yaitu (1) Beberapa intelegensi bekerja bersama bukan pada satu aspek saja (2) intelegensi ditunjukkan dari kemampuan kita melakukannya bukan pada skor tes dan (3) bagaimana intelegensi ditunjukkan adalah berdasarkan budaya yang ada.
    Contoh nyata sehari-hari dari rujukan gardner adalah apabila seseorang dengan kemampuan hitung yang sangat baik di pulau terpencil, dimana keseluruhan penduduk adalah nelayan bekerja menangkap ikan, maka kemampuan hitung tersebut berperan sangat sedikit dibandingkan “intelegensi” dalam membuat jaring, menangkap ikan, menyelam, memperbaiki kapal. Kemampuan hitung pada kelompok masyarakat di pulau tersebut tidak akan efektif sebagai indikator kesuksesan rerata penduduk dalam bekerja (performance) yaitu menangkap ikan.
    Meruiuk pada teori MI oleh gardner, intelegensi seharusnya dapat mengukur apa yang dapat dilakukan seseorang di dunia nyata sedangkan tes IQ lebih menunjukkan pada skor tes (tinggi, sedang, rendah dll). MI lebih merujuk pada analisa kualitatif dibandingkan nilai kuantitatif tertentu dengan menggunakan tes. Menurut gardner terdapat 8 intelegensi yang dapat dibedakan sesuai kriteria:
    • Linguistik/bahasa
    • Logika/ matematika
    • Musik
    • Spasial
    • Bodily-kinestetik
    • Interpersonal
    • Intrapersonal
    • Naturalis
    Dari delapan kriteria yang diungkapkan diatas, bagaimana gardner memisahkan antar kriteria intelegensi tersebut? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, gardner tidak berpegang pada satu bidang ilmu tertentu namun harus mengikutsertakan berbagai disiplin ilmu yaitu psikologi, neurologi, biologi, sosiologi, antropologi, seni dan humanisme. Kriteria-kriteria dari berbagai bidang studi untuk menggali perbedaan intelegensi antara lain:
    • Gangguan atau kerusakan otak
    • Evolusi manusia
    • Perilaku khusus yang teridentifikasi
    • Kemungkinan munculnya savant dan kecenderungan khusus yang ada atau tidak ada pada kemampuan tertentu

    Intelegensi Linguistik

    Didefinisikan sebagai kemampuan bahasa baik bahasa ibu atau bahasa asing untuk mengekspresikan pikiran dan memahami orang lain. Sastrawan terkhususkan sebagai memiliki intelegensi bahasa namun profesi seperti jurnalis, orator, tukang khutbah, politikus, pengacara adalah gambaran umum orang-orang yang memiliki intelegensi linguistik.
    Kunci utama dari intelegensi linguistik adalah:
    • Keterlibatan untuk menerima atau membuat pembicaraan atau tulisan
    • Kemampuan berkomunikasi dan merasakan sesuatu melalui bahasa
    • Keterlibatan sensitivitas pada suatu bahasa
    Kemampuan tambahan:
    • Bahasa ekspresif
    • Menunjukkan narasi atau membuat cerita
    • Bahasa deskripsi atau instruksi
    • Melaporkan
    • Bahasa puitis
    • Permainan kata
    Peran atau domain yang membutuhkan bahasa sebagai inti:
    • Novelis
    • Komedian
    • Pengacara
    • Jurnalis
    • Ustadz/ahli rohani yang berkhutbah
    • Pelatih
    • Guru
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan linguistik:
    • Tulisan
    • Permainan kata
    • Cerita
    • Majalah/koran
    • Diskusi
    • Sandiwara
    • Debat/Pidato
    • Lirik
    Penggunaan sehari-hari:
    • Membaca koran, menulis blog, berpartisipasi dalam diskusi
    Intelegensi linguistik tidak termasuk:
    • kemampuan menggunakan banyak bahasa
    • banyak bicara

    Intelegensi Logika – Matematika

    Orang dengan kemampuan yang dikembangkan terkait dengan logika matematika mengerti benar mengenai prinsip sebab akibat, manipulasi angka, kuantitas, operasi matematika.
    Kunci utama dari intelegensi logika – matematika adalah:
    • Kemampuan individu menggunakan hubungan abstrak
    • Penggunaan angka dan berpikir logis
    Kemampuan tambahan:
    • Numerical Reasoning; perhitungan, estimasi, analisa jumlah
    • Pemecahan masalah logis
    Peran atau domain yang membutuhkan logika – matematika sebagai inti:
    • Guru matematika
    • Ilmuwan
    • Teknisi/engineer
    • Arsitek
    • Programmer komputer
    • Ahli sipil
    • Analis budget
    • Akuntan
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan logika – matematika:
    • Grafik
    • Spreadsheet
    • flowchart
    • Timeline
    • Perhitungan
    • program komputer
    • perencanaan bisnis
    • puzzle logika
    Penggunaan sehari-hari:
    • Membaca jadwal pesawat terbang
    • Mengelola anggaran rumah tangga
    • Proyeksi pengeluaran gaji bulanan untuk keluarga
    Intelegensi logika – matematika tidak termasuk pada penggunaan hanya angka karena terkandung kemampuan hubungan logika angka (numerical reasoning).

    Intelegensi Musik

    Integensi musik adalah kemampuan berpikir melalui musik, kemampuan mendengarkan pola suara, mengingat, menggabungkan dan memanipulasi. Musik adalah kemampuan dan kemampuan ini dimiliki oleh manusia sehingga dapat diartikan sebagai intelegensi musik.
    Kunci utama dari intelegensi musik adalah:
    • Kemampuan menerima dan mengerti pola suara
    • Menciptakan dan mengartikan adanya suara
    Kemampuan tambahan:
    • Persepsi musik
    • Mencipta musik
    • Komposisi atau notasi
    Peran atau domain yang membutuhkan musik sebagai inti:
    • Musisi
    • Koreografer
    • Kritikus musik
    • Konduktor
    • DJ
    • Pianis
    • Komposer
    • Teknisi musik
    • Cheerleader
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan musik:
    • Menulis lagu
    • Bermain alat musik
    • Menari
    • Merekam
    Penggunaan sehari-hari:
    • Mendengarkan radio di mobil
    • Bermain musik
    • Bersiul
    • Membedakan suara

    Intelegensi Spasial

    Merujuk pada kemampuan merangkai bagian atau visualisasi bagian secara mental dan dirangkai sesuai dengan pola-pola tiga dimensi yang diproses melalui pikirannya. Cara pelaut atau pilot melakukan navigasi dari gambaran keseluruhan dunia nyata merupakan contoh kemampuan spasial. Contoh lain atlet catur melakukan imajinasi langkah-langkah tertentu dan membayangkan bagaimana langkah-langkah selanjut dari bidak yang harus dikelola untuk mengepung raja musuh. Jika kemampuan spasial tinggi dengan orientasi ketertarikan pada seni yang tinggi maka lebih baik menjadi pelukis atau arsitek daripada seorang musisi atau jurnalis. Lebih lanjut, ilmuwan pada bidang ilmu tertentu membutuhkan kemampuan spasial seperti anatomi, topologi tanah, struktur kandungan mineral bintang tertentu.
    Kunci utama dari intelegensi spasial adalah:
    • Keterlibatan penerimaan dan pengolahan visual atau informasi 3 dimensi dalam satu pikiran
    • Keterlibatan pencitraan ulang gambar dalam ingatan.
    Kemampuan tambahan:
    • Pemahaman sebab-akibat atau fungsi relasi melalui observasi
    • Penggunaan informasi spasial untuk mengarahkan melalui dunia nyata
    • Persepsi sensitif atau observasi visual realitas dan seni
    • Hasil dari informasi visual atau cara kerja melalui seni
    Peran atau domain yang membutuhkan spasial sebagai inti:
    • Penata kebun
    • Ahli bedah
    • Mekanik
    • Ahli kayu
    • Fotografer
    • Penari
    • Atlet
    • Pilot
    • ATC
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan spasial:
    • Grafik
    • Mengecat
    • Diagram
    • Film
    • Peta
    • Model
    • Aplikasi komputer seperti AutoCAD, CATIA, Photoshop dll
    Penggunaan sehari-hari:
    • Mencari jalan pintas di tempat terasing
    • Penggunaan GPS di mobil atau Handphone
    • Bermain catur
    • Dekorasi rumah
    • Menata bunga
    Intelegensi spasial tidak termasuk penggunaan visual/mata, orang buta lebih banyak menggunakan kemampuan spasial.

    Intelegensi Gerak Tubuh (Bodily-Kinesthetic)

    Diartikan sebagai jumlah penggunaan keseluruhan tubuh atau sebagian; tangan, kaki, jari untuk memecahkan masalah, membuat atau menaruh sesuatu. Contoh paling akurat adalah atlet olah raga, seniman tari atau drama.
    Kunci utama dari intelegensi gerak tubuh adalah:
    • Penggunaan bagian/tubuh untuk memecahkan masalah
    • Kemampuan mengontrol sebagian anggota tubuh atau keseluruhan
    Kemampuan tambahan:
    • Gerak atletis
    • Gerakan kreatif (termasuk respon terhadap musik)
    • Kendali tubuh dan kemampuan motorik yang adekuat
    • Ide gerakan tubuh (koreografi)
    Peran atau domain yang membutuhkan gerak tubuh sebagai inti:
    • Penari
    • Altet olah raga
    • Aktor/aktris
    • Pelatih
    • Ahli bedah
    • Penerjemah bahasa gerak tubuh
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan gerak tubuh:
    • Berjoget/menari
    • Mimik
    • Bermain
    • Mengecat
    • Olahraga
    Penggunaan sehari-hari:
    • Bermain badminton
    • Mengantri loket
    • Menyikat gigi
    • Mengutak-atik sesuatu
    Intelegensi gerak tubuh tidak termasuk:
    • Banyak gerak yang dilakukan anak kecil
    • Gerak tubuh yang tidak beraturan dalam mengeluarkan energi

    Intelegensi Interpersonal

    Adalah kemampuan memahami orang lain. Kemampuan ini kita perlukan sehari-hari namun menjadi keutamaan jika Anda adalah politikus, guru, penjual, terapis.
    Kunci utama dari intelegensi interpersonal adalah:
    • Sensitif terhadap perasaan, keyakinan, mood, perhatian terhadap orang lain
    • Melibatkan penggunaan pemahaman untuk mengefektifkan orang lain dalam bekerja atau menghasilkan sesuatu
    • Melibatkan interpersonal untuk meraih sesuatu
    Kemampuan tambahan:
    • Mengasumsikan pada peran berbeda secara sosial (teman, rekan, atasan)
    • Kemampuan menganalisa kondisi sosial atau orang lain
    • Bertindak pada situasi sosial tertentu
    Peran atau domain yang membutuhkan interpersonal sebagai inti:
    • Tenaga pendidik (guru, trainer, pelatih)
    • Konselor
    • Aktivis/LSM
    • Diplomat
    • Ilmuwan sosial
    • Konsultan manajemen
    • Pemimpin umat
    • Negosiator
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan interpersonal:
    • Memberikan pelajaran
    • Improvisasi drama
    • Dilema moral
    • Mediasi koflik
    • Pelayanan publik
    • Peran memimpin
    Penggunaan sehari-hari:
    • Transaksi jual beli
    • Mengarahkan sesuatu
    • Interaksi dengan rekan kerja
    • Mengasuh anak
    Intelegensi interpersonal tidak termasuk:
    • Kecenderungan bekerja dalam kelompok
    • Disukai banyak orang
    • Kesopanan
    • Etis atau humanis
    • Status sosial

    Intelegensi Intrapersonal

    Intrapersonal merujuk pada kemampuan individu untuk mengerti diri sendiri, apa yang terbaik harus dilakukan, bagaimana bereaksi terhadap sesuatu, apa yang perlu dihindari dan yang mana yang dapat meningkatkan kemampuan diri. Gambarannya adalah seberapa baik orang mengerti diri sendiri, apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, kemana harus dituju untuk meminta pertolongan.
    Kunci utama dari intelegensi interpersonal adalah:
    • Kemampuan individu membentuk model mentalnya sendiri
    • Melibatkan gambaran model untuk mengambil keputusan terhadap tindakan tertentu
    • Termasuk kemampuan untuk membedakan satu perasaan, mood dan perhatian untuk mengantisipasi satu reaksi terhadap tindakan selanjutnya.
    Kemampuan tambahan:
    • Pemahaman diri
    • Kemampuan menganalisa refleksi diri
    • Mengartikan pemahaman melalui beragam ekspresi (menulis puisi, menggambar dll)
    • Menggunakan pemahaman diri untuk keberhasilan diri maupun kelompok
    Peran atau domain yang membutuhkan interpersonal sebagai inti:
    • Terapis
    • Sastrawan
    • Trainer motivasi
    • Psikolog
    • Artis
    • Aktivis
    • Musisi
    • Filsuf
    • Pemimpin umat
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan intrapersonal:
    • Refleksi diri
    • Buku diari
    • Autobiografi
    • Melakukan aktivitas seni
    • Membuat musik/lirik
    • Puisi
    Penggunaan sehari-hari:
    • Beribadah
    • Yoga
    • Semedi
    Intelegensi intrapersonal tidak termasuk kecenderungan bekerja sendiri atau mengurung diri.

    Intelegensi Naturalis

    Kemampuan individu untuk membedakan perihal makhluk hidup (binatang, tumbuhan) sebaik kemampuan membedakan dan sensitif terhadap hal-hal lain di dunia ini seperti bentuk awan, corak tanah, batu dll. Kemampuan ini diawali dari evolusi manusia dari sebagai pemburu, mengambil hasil bumi dan bertani; berlanjut proses evolusi sampai sekarang dengan peran-peran lebih khusus seperti ahli tumbuh-tumbuhan atau juru masak. Banyak ahli di bidang tertentu membutuhkan intelegensi naturalis seperti desain mobil, konstruksi bangunan, jembatan dll.
    Kunci utama dari intelegensi naturalis adalah:
    • Kemampuan memahami dunia sekitar dan bekerja secara efektif di dalamnya
    • Kemampuan individu membedakan fungsi di sekitar kita
    • Termasuk kemampuan membedakan corak dari benda-benda yang ada
    Kemampuan tambahan:
    • Kemampuan observasi
    • Membedakan corak dan klasifikasi
    • Pemahaman dengan dunia nyata
    • Kemampuan memanfaatkan pemahaman untuk menciptakan produk (fashion, bertani, desain dll)
    Peran atau domain yang membutuhkan naturalis sebagai inti:
    • Ahli tata bunga
    • Nelayan
    • Koki
    • Ahli tanaman/tumbuhan
    • Petani
    • Pendidik lingkungan hidup
    • Aktivis lingkungan hidup
    • Ahli biologi
    • Penjaga hutan
    Wacana untuk meningkatkan kemampuan naturalis:
    • Berkebun
    • Memelihara binatang/ikan
    • Wisata alam
    • Kegiatan alam bebas
    Penggunaan sehari-hari:
    • Memasak
    • Berkebun
    • Koleksi CD/perangko
    • Bertaman
    Intelegensi naturalis tidak termasuk pada batasan dunia luar.
    Multiple Intelligence memiliki pengertian berbeda dengan intelegensi klasik, dimana pengertiannya adalah bahwa intelegensi merupakan potensi biopsikologi untuk memproses informasi yang dapat digerakkan berdasarkan setting budaya untuk memecahkan masalah atau mencipta sesuatu yang bernilai pada budaya tertentu. Dari definisi tersebut, multiple intelligence memiliki wacana:
    • Berbagai pandangan beragam mengenai intelegensi; setiap pandangan memiliki simbol yang berbeda dimana setiap pandangan berdasarkan pada intelegensi umum yang dapat menangani suatu masalah tertentu yang sesuai dengan budaya atau kebiasaan yang ada.
    • Intelegensi dapat diajarkan atau dididik; sebagai tema yang saling berinteraksi antara faktor biologis dan lingkungan sekitar, intelegensi dapat dididik dan dikembangkan. Intelegensi dapat berubah dan tumbuh sesuai dengan seringnya penggunaan dari intelegensi tersebut.
    • Individu memiliki profil unik intelegensi untuk dikembangkan dan diubah; meski didasarkan dari teori bersifat biologi, tidak murni bahwa intelegensi ini bersifat genetik dan menurun. Berdasarkan debat antara nature dan nurture, intelegensi disini adalah hasil dari interaksi dengan lingkungan sekitar. Budaya, kebiasaan, sosial dan individu saling memberi pengaruh seberapa kuat dan khusus intelegensi digunakan.
    • Setiap intelegensi melibatkan bagian dari kemampuan khusus; setiap intelegensi misal musik maka ada kemampuan khusus yang menunjukkan bagaimana merancang musik, birama yang sesuai, bunyi dari instrumen musik dan keperpaduannya.
    • Intelegensi bergerak secara kombinasi, bukan terisolasi; dalam bentuk biopsikologi, intelegensi adalah olahan dasar yang dapat memecahkan suatu masalah tertentu sesuai dengan domain atau konteks dari masalah yang ada dan dibawakan bersama. Misal seorang pianis membutuhkan intelegensi musik, ketika bekerjasama dengan komposer membutuhkan intelegensi interpersonal dan ketika memainkan piano membutuhkan intelegensi gerak tubuh.

    Selasa, 15 Maret 2011

    APBN INDONESIA


    Untuk mengejar ketertinggalan dunia pendidikan, baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Sejak UUD 45 mengamanatkan bahwa anggaran pendidikan minimal 20% APBN dan 20% APBD, alokasi anggaran pendidikan mengalami kenaikan dari waktu ke waktu. Hal ini bisa dilihat dari jumlah alokasi anggaran pendidikan dalam belanja pemerintah pusat yang diperoleh Departemen Pendidikan Nasional, sebagaimana digambarkan dalam grafik dibawah ini.  
    Menurut Data Pokok APBN-P 2008 dan APBN 2009, pada tahun 2005 alokasi anggaran Depdiknas ini mencapai Rp 23.117,4 miliar atau 19,23% dari total APBN. Selanjutnya terus mengalami kenaikan, pada tahun 2006 mencapai Rp 37.095,1 miliar atau 22,44% dari total APBN, Rp 40.476,8 miliar atau 18,95% dari total APBN pada tahun 2007, dan pada tahun 2008 mencapai Rp 45.296,7 miliar atau 16,67% dari total APBN. Pada tahun 2009, alokasi anggaran Depdiknas dalam belanja pemerintah pusat mencapai Rp 62.098,3 miliar atau 19,76% dari total APBN.  
    Grafik di bawah ini menunjukkan bahwa anggaran pendidikan selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pemerintah sudah mengupayakan agar 20% APBN dialokasikan untuk pendidikan, bahkan penyerapan anggaran pendidikan pada tahun 2006 telah melebihi angka 20%, yaitu 22,44%. Namun realisasi atau penyerapan dana pendidikan untuk tahun 2008 hanya 16,67%, dan perlu dicari tahu mengapa penyerapannya cuma sejumlah itu. Untuk tahun 2009, dana yang dialokasikan untuk sektor pendidikan juga mendekati 20% dari total APBN.
    Keseriusan Pemerintah untuk memenuhi amanat UUD 45 juga dapat dilihat dari angka-angka yang dijabarkan dalam tabel di bawah ini. Alokasi anggaran untuk sektor pendidikan selalu menempati urutan pertama, dengan persentase 16,67% - 22,44%.
    Tambahan alokasi anggaran pendidikan ini tentu saja bukan merupakan capaian akhir, melainkan merupakan langkah awal atau tambahan amunisi untuk meningkatkan mutu pendidikan kita dan memperluas cakupannya sehingga dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan yang terpencil. Selanjutnya, pengelolaan yang transparan dan akuntabel juga merupakan salah satu kunci kesuksesan untuk mencapai target yang dicita-citakan. Semoga penambahan alokasi anggaran ini benar-benar bisa meningkatkan pembangunan manusia Indonesia.
    DPR menaikkan nilai belanja dalam RAPBN 2011 menjadi Rp 1.229,5 triliun dari jumlah awal dalam Nota Keuangan 2011 yang sebesar Rp 1.202 triliun. Dari jumlah itu Rp 836,57 triliun untuk belanja pemerintah pusat, dan sisanya Rp 392,98 triliun untuk transfer ke daerah.Demikian disampaikan oleh Koordinator Panja Belanja RAPBN 2011 Mirwan Amir dalam rapat dengan Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (25/10/2010).
    Mirwan mengatakan, anggaran belanja pegawai dialokasikan sebesar Rp 180,62 triliun untuk pencadangan remunerasi, kenaikan gaji PNS dan TNI/Polri, pemberian gaji dan pensiun ke -13. "Serta antisipasi penyediaan pegawai baru pemerintah pusat yang umlahnya 100 ribu orang untuk menggantikan yang pensiun," ujar Mirwan.
    Lalu belanja barang di 2011 diberikan alokasi senilai Rp 132,422 triliun. Untuk menjaga kelancaran penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan, pelayanan kepada masyarakat pemeliharan aset, dan upaya efisiensi kegiatan operasional pemerintah.Sementara alokasi belanja modal ditetapkan Rp 121,881 triliun. Untuk ketersediaan infratsurktur dasar, menjamin kelancaran distribusi barang dan jasa. Lalu meningkatkan kemampuan pertahanan, serta rehabilitasi rekonstruksi pasca bencana alam, dan peningkatan mitigasi serta adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
    Dalam RAPBN 2011 pemerintah menetapkan jumlah subsidi non energi sebesar Rp 51,01 triliun. Terdiri dari subsidi pangan Rp 15,267 triliun, subsidi pupuk Rp 16,277 triliun, subsidi benih Rp 120 miliar, subsidi bantuan PSO Rp 1,877 triliun, subsidi bunga kredit Rp 2,618 triliun, dan subsidi pajak Rp 14,75 triliun.Anggaran pendidikan juga dinaikkan menjadi Rp 248,978 triliun, naik 20,25% dibandingkan dengan Nota Keuangan 2011 yang disampaikan Presiden SBY.Disediakan juga dana bantuan sosial Rp 60,956 triliun untuk program-program seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Keluarga Harapan (PKH), dan PNPM Mandiri. Dialokasikan juga dana cadangan risiko fiskal Rp 4,174 triliun.
    Sementara itu, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan kenaikan belanja dalam APBN 2011 disebebabkan karena penerimaan dari pajak juga naik. Dengan asumsi rasio penerimaan pajak 2011 sebesar 12,1 persen dibandingkan dengan PDB membuat alokasi belanja dinaikkan. Dengan penerimaan yang dinaikkan sebesar Rp1.104 triliun. Yang diantaranya yakni berasal dari penerimaan perpajakan nonmigas sebesar Rp794,70 triliun, penerimaan dari sektor minyak dan gas sebesar Rp215,33 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) perikanan Rp150 miliar. Keempat, PNBP sumber daya alam kehutanan sebesar RP2,90 triliun. Ditambah lagi PNBP pertambangan umum Rp16,50 triliun, PNBP SDA pertambangan panas bumi sebesar Rp356,1 miliar dan penerimaan pemerintah atas laba BUMN Rp27,59 triliun. (OL-3) Artinya, lanjut Agus Marto, bahwa kampanye penghematan anggaran yang diintruksikan presiden pada APBN 2011, meskipun alokasi belanja tetap membengkak, tetap akan dilakukan. Namun, meksnismenya tidak langsung memotong ataupun menghapus alokasi belanja dalam APBN 2011, melainkan dengan penghematan masing-masing K/L dan pemerintah daerah. Sesuai dengan instruksi Presiden, penghematan akan dilakukan dimana para menteri dan pimpinan lembaga untuk mengerem belanja. Dan ini sudah kami sosilisasikan di jajaran pemerintahan